Tradisi yang memiliki kurang lebih 300 tata cara (wah...), dan berbeda menurut musim dan tempat, atau kepada siapa para sadou sensei berguru pada pendahulunya, kabarnya dimulai di Kyoto, kota yang penuh dengan budaya tradisional jepang.
Tanpa disangka-sangka akhirnya dapet juga kesempatan menjadi tamu (walopun gak terlalu resmi-resmian .. :)) untuk acara Sadou dari satu keluarga teman di Jepang dalam rangka awal musim semi, di rumah seorang kawan suami, yang kebetulan ibunya adalah Sadou sensei, yaitu sebutan bagi seorang expert dalam hal tata cara Sadou jepang.
Sadou Sensei memperagakan sekaligus menjamu dalam upacara minum teh. Cawan untuk minum teh hijau atau ocha dan wadah untuk menyimpan bubuk ocha (wadah kecil berwarna hitam dikanan) diklasifikasikan sebagai sebuah Sakuhin, atau karya seni jepang. Harganya bisa mahal sekali (kira-kira beberapa ratus ribu atau juta kalau dirupiahkan).
Latar belakang tangga merah adalah display boneka yang hanya dibuat pada kesempatan hinomatsuri, atau hari bagi anak perempuan di jepang. Tangga yang bertingkat-tingkat mendeskripsikan kelas dalam masyarakat jaman dulu, dimulai yang teratas dari prince and princess, pendeta, knight, pemusik, dan miniatur mebel dari mulai lemari pakaian, meja hias. Miniatur-miniatur ini dibuat sangat detail,biasanya diberikan oleh nenek, atau ibu untuk cucu atau anak perempuannya. Walaupun benda-benda ini dijual umum, namun yang tampak di diplay ini adalah buatan sang ibunda.
Oya, kabarnya setelah matsuri ini selesai, tangga itu harus buru-buru diberesin lagi karena konon katanya, kalo enggak, anak perempuan yang ada dirumah tersebut susah nikah.
Salah satu jenis okashi, atau penganan manis yang disajikan sebelum meminum ocha. Rasanya yang manis menjadi penawar bagi rasa ocha yang agak pahit (pingin nambah kuenya : ), tapi ternyata gak boleh dalam acara minum teh ini. Kalo nambah tehnya boleh)
Ada beberapa rule yang dipandang sebagai tata krama tamu dalam acara minum teh. Diantaranya 1) Membungkuk hormat pada penyaji saat ocha disajikan, 2) Memandang ornament yang ada di cawan dengan penuh perhatian, menghargainya sebagai karya seni sebelum meminum teh dalam cawan tersebut, 3) Membuat percakapan ringan kepada tuan rumah tentang barang-barang seni tersebut, seperti siapa yang membuat, kapan dibuatnya (jangan tanya harganya ya..: ). Dan tentunya....harus duduk *pegel* manis : ).
Demikianlah cerita singkat tentang upacara minum teh yang penuh dengan keanggunan, tata krama, keindahan, sekaligus kesederhanaan dalam tradisi jepang. Jangan khawatir tentang pahitnya rasa ocha, dan pegelnya duduk, karena acara ini (kalau formal) adalah salah satu bentuk penghargaan orang jepang terhadap tamunya. Sayang untuk dilewatkan!
Salam,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar